Pages

Thursday, December 12, 2013

Manfaat Donor Darah

Selain berguna bagi orang lain yang membutuhkan, donor darah ternyata memiliki banyak manfaat untuk diri pendonor sendiri.
Manfaat praktis pertama dari melakukan donor darah adalah mengetahui secara pasti tipe golongan darah Anda, serta, secara tidak langsung, melakukan pemeriksaan kesehatan tubuh. Bagi pendonor reguler, di mana mereka mendonorkan darah dalam jangka waktu tiga bulan sekali, itu berarti pemeriksaan kesehatan menjadi rutin, yang dilakukan meliputi tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi dan berat badan, hemoglobin, penyakit dalam, hingga hepatitis dan HIV. Ini merupakan gaya hidup sehat yang harus dikembangkan menjadi kebiasaan yang baik......

Monday, December 2, 2013

Kenali Gejala AIDS Berikut Ini


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang tak pandang bulu. Virus ini bisa menyerang siapa saja melalui beberapa media penularan seperti cairan darah, sperma, vagina, serta ASI. Bila tak diketahui, HIV bisa berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune-Deficiency Syndrome).

Sayangnya, tidak seperti penyakit lain, infeksi HIV tidak langsung menunjukkan gejala. "Biasanya dibutuhkan waktu 5 tahun sampai akhirnya gejala HIV bisa terlihat. Pada tahap ini HIV sudah menjadi AIDS dan harus diberi penanganan segera," kata Humas Persatuan Anggota Muda Obstetri dan Ginekologi (PAOGI), Ulul Albab, dalam seminar Lindungi Generasi Muda dari HIV/AIDS pada Senin (25/11/2013) lalu.

AIDS sendiri merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh dalam melawan infeksi HIV. Berikut ini beberapa gejala AIDS yang dialami usia dewasa dan anak berdasarkan informasi dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional :

1. Dewasa

Gejala mayor :

a. Kehilangan 10 persen berat selama lebih dari 1 bulan tanpa sebab

b. Diare lebih dari satu bulan

c. Demam lebih dari satu bulan, baik konstan atau datang-pergi

Gejala Minor :

a. Batuk kering yang tak kunjung sembuh

b. Kulit gatal di seluruh tubuh

c. Herpes Zoster yang tak kunjung sembuh

d. Terinfeksi jamur yang mengakibatkan ruam pada mulut, lidah, atau tenggorokan

e. Pembengkakan kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan, dengan atau tanpa infeksi aktif.

2. Anak

Gejala mayor :

a. Berat badan rendah, atau pertumbuhan lambat

b. Diare berat selama lebih dari 14 hari lebih

c. Demam selama lebih dari satu bulan

Gejala minor :

a. Kulit gatal di seluruh tubuh

b. Pembengkakan kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan

c. Bintik putih akibat jamur di dalam mulut, lidah, atau tenggorokan

d. Infeksi pada telinga, tenggorokan, atau organ lainnya

e. Batuk yang tidak kunjung sembuh

Pada orang dewasa, gejala AIDS sudah bisa didiagnosis bila memiliki 2 tanda mayor dan 1 gejala minor. Gejala semakin lengkap bila penderita mengidap kanker kulit yang disebut karposi atau kriptokokal meningitis. Karposi adalah bintik kemerahan, hitam, atau ungu yang bisa membesar dan terasa sakit. Sedangkan kriptokokal meningitis adalah infeksi yang meliputi otak hingga menyebabkan demam, kaku leher, sakit kepala, kebingungan, dan ketidakmampuan bangun.

Bila gejala ini ditemukan sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani terapi. Termasuk di antaranya penggunaan anti retroviral virus (ARV), untuk mengendalikan HIV di dalam tubuh.

****

Begini Tahapan Infeksi HIV Hingga Menjadi AIDS


Human Immunodeficiency Virus (HIV) penyebab AIDS tidak langsung menampakkan gejala infeksinya pada manusia. Manusia, sebagai korban infeksi, juga tidak langsung merasakan dampak virus berbahaya tersebut bagi tubuhnya.

Virus membutuhkan waktu sekitar 5-10 tahun sampai menimbulkan gejala. Saat waktu yang dibutuhkan terpenuhi, penyakit AIDS sudah menjangkiti tubuh penderita. Selama kurun waktu tersebut, ada beberapa tahapan infeksi hingga HIV kemudian berkembang menjadi AIDS.

1. Tahap pertama (periode jendela)

a. HIV masuk ke dalam tubuh hingga terbentuk antibodi dalam darah

b. Penderita HIV tampak dan merasa sehat

c. Pada tahap ini tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus

d. Tahap ini berlangsung selama 2 minggu sampai 6 bulan.

2. Tahap kedua

a. Pada tahap ini HIV mulai berkembang di dalam tubuh

b. Tes HIV sudah bisa mendeteksi keberadaan virus, karena antibodi yang mulai terbentuk

c. Penderita tampak sehat selama 5-10 tahun yang bergantung pada daya tahan. Rata-rata penderita bertahan selama 8 tahun, namun di negara berkembang durasi tersebut lebih pendek

3. Tahap ketiga

a. Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan sistem kekebalan tubuh semakin menurun

b. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya pembengkakan kelenjar limfa atau diare terus menerus

c. Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan, bergantung daya tahan tubuh penderita

4. AIDS

a. Pada tahap ini penderita positif menderita AIDS

b. Sistem kekebalan tubuh semakin turun

c. Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik), menyebabkan kondisi penderita semakin parah

Pada tahap ini, penderita harus secepatnya dibawa ke dokter dan menjalani terapi anti retroviral virus (ARV). Terapi ARV akan mengendalikan virus HIV dalam tubuh, sehingga dampak virus bisa ditekan.

Kendati begitu sebetulnya HIV bisa dikendalikan sedini mungkin, sehingga bisa menekan peluang timbulnya AIDS. "Sebaiknya lakukan cek darah sedini mungkin. terutama bagi yang berisiko tinggi, misal pengguna narkoba dengan jarum suntik, kerap berganti pasangan dan berhubungan seksual tanpa kondom," kata Koordinator Pelaporan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Djadjat Sudradjat.

Tuesday, October 8, 2013

MENGENAL RHESUS DARAH

Selain penggolongan darah ABO (A, B, AB dan O) darah juga dapat digolongkan menjadi rhesus positif dan rhesus negatif.
Apa yang dimaksud dengan Rhesus ?

Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ini ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat itu Landsteiner-Wiener melakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Cina. Mereka yang mempunyai faktor protein ini disebut rhesus positif. Sedangkan yang tidak memiliki faktor protein ini disebut rhesus negatif.
Mengapa kita perlu mengetahui rhesus darah ?

Mengenali rhesus khususnya rhesus negatif menjadi begitu penting karena di dunia ini hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif. Persentase jumlah pemilik rhesus negatif berbeda-beda antar kelompok ras. Pada ras bule (seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia), jumlah pemilik rhesus negatif sekitar 15 – 18%. Sedangkan pada ras Asia, persentase pemilik rhesus negatif jauh lebih kecil. Menurut data Biro Pusat Statistik 2010, hanya kurang dari satu persen penduduk Indonesia, atau sekitar 1,2 juta orang yang memiliki rhesus negatif. Karena persentasenya sangat kecil, jumlah pendonor pun amat langka, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit.
Apa yang terjadi bila darah dengan rhesus positif didonorkan pada pasien dengan rhesus negatif ?

Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditranfusi dengan darah rhesus positif. Ini dikarenakan sistem pertahanan tubuh si reseptor (penerima donor) akan menganggap darah (rhesus positif) dari donor itu sebagai “benda asing” yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi antirhesus. Saat transfusi pertama, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius. Tapi pada tranfusi kedua, akibatnya bisa fatal karena antirhesus mencapai kadar yang cukup tinggi. Antirhesus ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari donor, sehingga ginjal harus bekerja keras mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah tak tercapai, tapi malah memperparah kondisi si reseptor sendiri.
Bagaimana bila hal itu terjadi pada ibu dan janinnya / kehamilan ?

Meskipun faktor rhesus tidak berpengaruh terhadap kesehatan, namun hal itu perlu diperhatikan bila seandainya Anda dan pasangan Anda memiliki rhesus yang berbeda
Ibu Ayah Janin Injeksi immunoglobulin
Rhesus positif Rhesus positif Rhesus positif Tdk diperlukan
Rhesus negatif Rhesus negatif Rhesus negatif Tdk diperlukan
Rhesus positif Rhesus negatif Bisa Rhesus + / - Tdk diperlukan
Rhesus negatif Rhesus positif Bisa Rhesus + / - Diperlukan
Hal ini disebabkan karena akan terbentuk antibodi bila ibu dan janinnya memiliki rhesus yang berbeda. Bila ibu memiliki rhesus positif dan janin memiliki rhesus negatif, maka perbedaan itu tidak menimbulkan masalah. Masalah akan muncul bila ibu memiliki rhesus negatif sedangkan janin rhesus positif (diturunkan dari ayahnya).
Apa yang dimaksud dengan antibodi ?

Selama kehamilan, plasenta bertugas sebagai penghalang antara sel-sel darah merah ibu dan janin. Namun, terkadang ada sejumlah kecil darah janin yang dapat melintas ke dalam pembuluh darah ibunya. Jika ada sel darah janin rhesus positif bercampur dengan darah ibu yang rhesus negatif, maka tubuh ibu secara alamiah akan bereaksi dengan merangsang sel darah merah berupa zat antibodi/antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus melawan ‘benda asing’ tersebut (janin). Inilah yang menimbulkan antirhesus (penghancuran sel arah merah) atau hemolitik. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim atau jika lahir menderita hati yang bengkak, anemia, kuning (jaundice), dan gagal jantung.
Kondisi A. Antibodi belum terbentuk saat kehamilan

Pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam setelah persalinan akan diberikan suntikan anti-D (Rho) immunoglobulin, atau biasa juga disebut RhoGam. RhoGam ini akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang dapat menyeberang ke dalam sirkulasi darah janin. Dengan demikian sang janin akan terlindung dari serangan antibodi. Pada kehamilan-kehamilan berikutnya, dokter akan terus memantau apakan telah terjadi kebocoran darah janin ke dalam sirkulasi darah ibu, untuk menghindari telah terbentuknya antibodi. Dan injeksi RhoGam terus diulang pada setiap kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya.
Suntikan immunoglobulin mungkin juga diperlukan ibu dengan rhesus negatif bila terjadi :
a. Keguguran
b. Aborsi
c. Hamil di luar kandungan (ectopic)
d. Perdarahan selama kehamilan
Kondisi B Antibodi sudah terbentuk saat kehamilan
Bila ibu menunjukkan kadar antibodi yang sangat tinggi dalam darahnya, maka akan dilakukan penanganan khusus terhadap janin yang dikandung, yaitu :
1. Scanner ultrasonografi, untuk mengecek masalah pada pernafasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah.
2. Pengecekan amniosentesis secara berkala untuk mengecek level anemia dalam darah bayi.
3. Persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan diluar rahim dan diikuti penggantian darah janin dari donor yang tepat.
4. Pada kasus yang lebih gawat, dan janin belum cukup kuat untuk dibesarkan diluar, akan dilakukan transfusi darah terhadap janin yang masih dalam kandungan.

Sunday, September 29, 2013

SEJARAH DONOR DARAH

Donor darah belum dikenal di masa silam. Oleh karenanya para dokter masa silam dan orang-orang terdahulu tidak pernah menyebut-nyebut metode pengobatan dengan memasukkan darah ke saluran darah. Namun demikian manusia mengetahui bahwa kehilangan darah adalah sebuah peristiwa yang berpotensi fatal. Selain itu, manusiapun telah percaya bahwa darah mempunyai khasiat lain seperti membuat awet muda, menambah kekuatan, dll. Oleh sebab itu mandi darah di zaman Mesir atau minum darah di zaman Romawi merupakan upaya untuk mendapatkan khasiat darah tersebut. Perkembangan selanjutnya, dilakukan upaya untuk memindahkan darah dari donor ke resipien melalui pembuluh darah. Tidak hanya manusia sebagai donor, hewanpun dicoba sebagai donor. Upaya memindahkan darah melalui pembuluh darah menimbulkan banyak korban. Sebuah gejala klinis yang sekarang disebut sebagai hemolisis akut, waktu itu telah diketahui dan digambarkan bahwa resipien menjadi pucat, timbul rasa nyeri di daerah punggung dan perut, serta urin yang menjadi berwarna hitam. Di tahun 1492, dilakukan transfusi kepada Pope Innocent VIII yang sedang sakit berat dengan donor 3 anak muda. Dalam peristiwa itu donor dan resipien menemui ajal. Dengan banyaknya yang tidak selamat, The Edict of Chatelet dikeluarkan pada tahun 1668 oleh Parlemen Perancis. Isinya sebuah pernyataan bahwa transfusi adalah tindakan yang berbahaya dan tidak boleh dilakukan kecuali dengan ijin khusus dari Fakultas Kedokteran di Paris. Sebagai akibat dari peraturan tersebut transfusi tidak pernah lagi dipraktekkan atau paling tidak sangat sedikit tulisan tentang transfusi. Tidak tanggung-tanggung, 150 tahun lamanya transfusi mengalami masa dorma. Setelah sekian lama, semangat untuk melakukan lagi transfusi timbul dari seorang ahli kebidanan dari kandungan dari Inggris yang bernama James Blundell. Blundell merasa frustasi karena tidak mampu menolong para ibu yang meninggal akibat kehilangan darah saat persalinan. Di awal abad ke-19 Blundell kembali melakukan transfusi dari orang ke orang. Empat dari delapan pasien pertama dapat diselamatkan, tanpa diketahui mengapa hal tersebut terjadi. Akhirnya, transfusi darah mulai berkembang pesat setelah Karl Landsteiner seorang ilmuwan dari Jerman pada tahun 1900 yang menemukan perbedaan antigenitas sel darah merah antar individu meskipun satu spesies. Landsteiner menemukan dua jenis antigen di permukaan sel darah merah manusia yaitu A dan B. Berdasarkan jenis antigen ini Landsteiner menggolongkan sel darah merah menjadi sel darah merah A dan B. Sel darah merah yang tidak mempunyai antigen A atau B digolongkan sebagai sel darah merah O. Didapatinya pula bahwa mereka yang mempunyai sel darah merah A, di dalam plasmanya terdapat antibodi terhadap antigen B atau anti-B. Sedangkan mereka yang mempunyai sel darah merah B, di dalam plasmanya tedapat anti-A. Mereka yang mempunyai golongan darah O tidak mempunyai anti-A maupun anti-B. Penemuan Landsteiner Iini membuahkan Hadiah Nobel baginya, dan sangat berguna untuk melakukan transfusi yang jauh lebih aman. Sebelum ditransfusikan, sel darah merah donor diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya, demikian pula resipien. Metode pemeriksaan yang dilakukan oleh Landsteiner saat ini tetap dilakukan dengan istilah blood grouping dan cross matching. Penelitian Landsteiner diteruskan oleh muridnya (Decastello dan Sturli) yang akhirnya menemukan sel darah merah yang mempunyai antigen A dan antigen B di permukaannya. Sel darah merah ini kemudian digolongkan sebagai sel darah merah AB. Penggolangan darah ini yang dikenal sekarang dengan Sistem ABO sudah banyak membantu dalam proses tranfusi darah, namun masih banyak ditemukan kasus yang tidak berhasil. Pada akhirnya, Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 menemukan antigen-Rh dalam darah manusia yang dikenalsekarang ini dengan sistem Rhesus. Penemuan ini dapat menjawab kegagalan yang dilakukan dalam transfusi darah selama ini. Selain itu, penemuan itu belum sepenuhnya memecahkan masalah pada transfusi. Sampai dengan tahun 1914 manusia masih melakukan direct transfusion dari donor ke resipien karena belum tahu bagaimana caranya mencegah terjadinya pembekuan darah setelah darah disadap. Pada tahun 1915 Agote dan Lewisohn, secara terpisah, memperkenalkan bahwa sodium sitras dapat berfungsi sebagai antikoagulan. Pada tahun 1916 Rous dan Turner mempublikasikan studi tentang preservasi darah, kemudian studi ini diaplikasikan dalam Perang Dunia I oleh Oswald Robetson sehingga tidak perlu dilakukan direct transfusion. Selain pencegahan pembekuan darah, biomaterial yang dipakai untuk menyimpan darah juga berpengaruh terhadap hasil dari transfusi. Semula darah disimpan dalam botol gelas, tetapi perkembangan ilmu menunjukkan bahwa gelas bukan biomaterial yang tepat untuk darah. Sejak tahun 1960-an darah disimpan dengan menggunakan plastik. Dengan demikian transfusi darah dilakukan melalui alat khusus yang dapat memindahkan darah seseorang kepada orang lain tanpa mengubah sedikit pun zat-zat darah tersebut dan darah itu belum terpengaruh sama sekali oleh udara; sehingga darah tetap sama dengan darah itu masih tetap sama sebagaimana dengan darah yang terdapat dalam tubuh donor. Tentang pengelolaan transfusi, pada tahun 1937 seorang dokter dari Amerika bernama Bernard Fantus merintis bank darah di Rumah Sakit Cook County Hospital, Chicago. Fantus juga merintis komite transfusi yang bersifat multidisiplin untuk menentukan indikasi transfusi. Prakarsa Fantus segera diikuti oleh rumah sakit lainnya. Berakhirnya Perang Dunia semula memberikan asumsi bahwa transfusi adalah tindakan kedokteran yang akan menurun aplikasinya. Hal tersebut tidak terjadi, karena ternyata ditemukan berbagai penyakit yang membutuhkan darah sebagai salah satu terapi, dan bersifat live-saving therapy. Transfusi tetap dibutuhkan namun di sisi lain mulai didapati bahwa penyakit ternyata dapat ditularkan melalui transfusi. Selain itu ditemukan berbagai antigen sel darah merah yang sangat berperanan dalam kompatibilitas transfusi sel darah merah, tidak hanya antigen A, B, dan O seperti di jaman Landsteiner. Kesemuanya memberikan wawasan bahwa transfusi ternyata tidaklah mudah. Berbagai tantangan dalam transfusi memicu berkembangnya konsep transfusi rasional dan aman. Bahkan akhirnya penemuan bahwa HIV dapat ditransmisikan melalui transfusi memicu berkembangnya sebuah cabang ilmu kedokteran yang bernama Transfusion Medicine (Kedokteran Transfusi) di Amerika pada tahun 1980. Dengan perkembangan ilmu ini, diharapkan transfusi menjadi lebih rasional, efektif, dan aman. Sebuah sejarah panjang sejak manusia mencoba mendapatkan kebaikan dari darah.

Monday, June 17, 2013

Golongan Darah O

An O type child was in distress. His teacher always warn him because he can not sit still for a long time in class, while at home, his parents who always got a note from the teacher got angry with him as well. Naturally, an O type child is very active, very energetic and has a high vitality, so a constant warning both from the teacher and the parents will not solve the problem, it will create another problem instead. The basic question is how to understand our children's character so that we can cultivate the best of them? Seorang anak bergolongan darah O stress sekali karena selalu dimarahi oleh gurunya, dianggap tidak bisa diam di kelas, di rumah, karena orang tuanya selalu diperingati oleh gurunya, orang tuanya balik marah kepada anaknya, padahal secara naturalnya, golongan darah O memang sangat aktif, enerjik, punya vitalitas yang tinggi, sehingga dengan omelan dari guru dan orang tua, tidak akan menyelesaikan permasalahan, malah menambah kepedihan hati anak. Kapankah kita sebagai orang tua dan pengajar memahami karakter seorang anak?

Tuesday, June 4, 2013

Penghargaan Terbesar PMI untuk Pendonor Darah

12/13/2012 Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menegaskan tidak ada instansi lain selain Palang Merah Indonesia yang memberikan penghargaan kepada 1400 an orang. Rencananya PMI dan pemerintah akan memberikan penghargaan Satyalancana kepada 1.402 pendonor darah sukarela yang telah mendonorkan darahnya 100 kali pada Jumat, 14 Desember 2012. Pada konferensi pers mengenai Penganugerahan Penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial kepada 1.402 Donor Darah Sukarela (DDS), Kamis 13 Desember 2012 di Jakarta Convention Center (JCC), Jusuf Kalla mengatakan pemberian penghargaan ini merupakan sebuah upaya kemanusiaan yang besar. "Ini adalah upaya besar yang PMI lakukan secara rutin dan yang melibatkan Kabupaten Kota di Indonesia," kata Jusuf Kalla. Menurut ketua umum, minat masyarakat untuk donor darah meningkat dengan bertambahnya jumlah donor darah sukarela setiap tahun. "Tahun lalu kita berikan penghargaan kepada sekitar 1.200 an orang. Tahun ini kita memberikan tidak kurang dari 1.400 orang. Kita semakin mendekati untuk mengumpulkan jumlah kantong darah untuk nasional yaitu 4.5 juta per tahun," jelas Ketua Umum PMI. Jusuf Kalla mengucapkan terima kasih dan bangga dengan para donor darah sukarela. "Berdonor 100 kali berarti minimal dia donor darah selama 25 tahun berturut-turut tanpa henti. Pantas jika negara memberikan penghargaan kepada mereka," ujar Jusuf Kalla. Jawa Timur masih memegang jumlah DDS terbanyak yaitu 672 orang, disusul DKI Jakarta 377 orang, Jawa Tengah 138, Jawa Barat 107, DIY 18, Sulawesi Utara 17, Kalimantan Barat 16, Banten 15, Bali 12, Lampung, NTB dan Papua masing-masing 7 orang, Kalimantan Timur 5, dan Kepulauan Riau 4 orang. Sementara pendonor darah 100 kali tertua berasal dari Jawa Timur dan Kalimantan Barat yaitu berusia 74 tahun. Dan pendonor darah 100 kali termuda datang dari Jawa Barat berusia 38 tahun. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Dr.dr. Yuyun SM Soedarmono, Direktur Unit Donor Darah Pusat (UDDP), Hp. 0811 843 718 atau dr. Robby Nur, Staf Humas Unit Donor Darah Pusat, Hp. 0813 2888 9810. Kontak Media: Anggun Permana Sidiq, Hp. 0856 97777 313. www.pmi.or.id E-mail: pmi@pmi.or.id twitter: @palangmerah

Monday, June 3, 2013

Jaminan Akses Kesehatan bagi Pendonor Darah Lebih dari 100 Kali

Metrotvnews.com, Jakarta: Pemprov DKI Jakarta memberikan jaminan akses kesehatan bagi para pendonor yang telah menyumbangkan darah lebih dari 100 kali. Para penerima satya lencana kebaktian sosial tersebut dipastikan tidak akan menemui kendala berobat gratis di rumah sakit yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI. Asisten Kesehatan Masyarakat Pemprov DKI Jakarta, Mara Oloan Siregar mengatakan pemberian jaminan tersebut sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan. "Untuk pejuang pendonor darah ini, kita akan berikan jaminan pelayanan kesehatan. Kami akan berikan Kartu Jakarta Sehat sebanyak 300 kartu," ucap Mara di depan ratusan pendonor yang menerima penghargaan, Sabtu (16/1). Sebanyak 377 pendonor mendapatkan penghargaan Satya Lencana. Mereka setidaknya telah mendonorkan darah lebih dari 100 kali selama lebih dari 20 tahun. Mara bahkan memberikan nomor ponsel kepala UPT Jamkesda DKI, Yudhita sebagai nomor darurat. Mara mempersilakan para pendonor menghubungi langsung Kepala UPT Jamkesda DKI jika menemui kendala berobat gratis. "Silakan SMS nama dan rumah sakitnya, pihak UPT Jamkesda DKI akan hubungi RS yg bersangkutan. Sebenarnya pihak RS sudah tahu peserta KJS berobat gratis tapi ada aja staf di bawah yang tidak mengetahui, kalau ada menemui masalah silakan telpon ke dr Yudhita," tegas Mara. Mara menilai para pendonor tersebut layak diapresiasi karena telah konsisten memenuhi kebutuhan darah, terutama saat musim krisis darah, seperti bulan puasa, Natal, dan liburan panjang. "Karena bapak-bapak telah berjasa sebagai pendonor darah sukarela," tandasnya. Salah satu pendonor, Ita Putri Pancaningtyas, 45 yang sudah 28 tahun mendonorkan darahnya mengaku senang dengan jaminan tersebut. "Bersyukur ternyata apa yang kami lakukan mendapatkan apresiasi," ungkap warga Ciledug, Tangerang tersebut. Menurut karyawan swasta yang sudah mendonorkan darahnya sejak usia 17 tahun menjadi pendonor tidaklah sulit. Ita biasa menyempatkan mendatangi kantor PMI Pusat di Jalan Kramat Raya pagi hari sebelum berangkat kerja. Hanya dibutuhkan waktu 15-20 menit. "Biasanya saya rutin setiap 75 hari sekali mendonorkan darah. Prosesnya gampang, tinggal isi forum, periksa HB darah, kalau terlalu tinggi atau rendah biasanya langsung ditolak, cuma 15 menit," jelasnya. Sedangkan Ketua umum PMI Jakarta Rini Soetiyoso mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan untuk mengkatkan jumlah pendonor baru. PMI, lanjut Rini, menggencarkan teknik menjemput bola baik di mal, kampus, maupun tempat strategis lainnya. "Kadang masyarakat itu malas ke kantor PMI, makanya kta yang mendekat ke mal, ke perguruan tinggi. Kita jemput bola. Setiap PMI adakan acara, pasti ada donor darah," papar Rini. Hasilnya menurut Rini cukup signifikan. Jumlah pendonor tahun 2012 naik 20% menjadi 330ribu pendonor dari jumlah tahun 2011 yang hanya 298ribu. Penjaringan pendonor baru tersebut, lanjut Rini, penting mengingat anjloknya stok darah hingga 70% di bulan puasa, Natal dan libur tahun baru. "Kita ingin jadikan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup sosial. Karena sekaya apapun orang tak ada yang bisa dirikan pabrik darah. Darah hanya bisa dberikan dari manusia ke manusia. Dan kita berharap para penerima satya lencana ini dapat bantu sosialisasikan," tandasnya. (Vini Mariyane Rosya/Agt)

Saturday, May 25, 2013

Fungsi Sel Darah Merah



      Sel darah merah disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros
 berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel.
Ciri-ciri Sel Darah Merah
  1. Bentuk sel bulat atau bikonkaf (bagian tepi lebih tebal dari pada bagian tengah), tidak berinti sel.
  2. Berwarna merah karena mengandung hemoglobin.
  3. Dibentuk di sumsum tulang (di dalam tulang pipih) dan hati, berumur lebih kurang 120 hari. Bila eritrosit sudah tua atau rusak, akan dirombak di dalam limfia. Hemoglobin akan dibawa ke hati dan dibuat menjadi zat empedu (bilirubin). Zat besi dari hemoglobin ini akan digunakan untuk memproduksi sel darah merah baru.
  4. Jumlah eritrosit dalam darah kurang lebih 5 juta sel/mm3 darah.
Fungsi Sel darah Merah
  1. Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh.
  2. Berfungsi dalam penentuan golongan darah.
  3. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya.
  4. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.
Warna merah darah disebabkan oleh hemoglobin dalam darah, yaitu protein darah mengandung zat besi. Hemoglobin ini merupakan tempat terikatnya O2 dan CO2 dalam darah. Dalam tubuh manusia volume darah adalah 1/13 berat badan orang dewasa, atau sekitar 4,5 - 5 liter.

Donor Darah dalam Pandangan Agama



A.               Sudut Pandang Agama Islam

       Ulama Islam Indonesia telah memutuskan soal transfusi darah yang dituangkan dalam fatwa No : 6 Tahun 1956 tanggal 2 Oktober 1956, yang menyebutkan bahwa yang diharamkan mengenai darah dalam Al – Qur’an adalah memakan dan meminumnya yaitu memasukkan melalui kerongkongan karena darah itu najis.

Dari penelitian Ilmu Kedokteran sekarang ini, ternyata bahwa :

-       Proses pengambilan darah sesudah diperiksa dari segi dan dipilih sangat bermanfaat untuk diberikan kepada yang membutuhkan darah.

-           Diantara penyakit ada yang tidak dapat diobati kecuali dengan satu – satunya jalan yaitu dengan menambahkan darah yang sehat dan cocok kepada darah si sakit yaitu penyakit kekurangan darah (Anemia), luka parah karena kecelakaan, operasi besar dst.

-            Memasukkan darah dengan suntikan pemindahan darah, tidaklah sama dengan memasukkannya dengan jalan memakan dan meminumnya baik salurannya maupun akibat atau hasilnya.

  •  Pengobatan dengan pemindahan darah (transfusi) itu boleh hukumnya yakni dengan  cara memindahkan darah yang sehat dan cocok kepada orang yang membutuhkan tambahan darah untuk pengobatan.
  • Dalam keadaan darurat yang tidak ada obat lagi kecuali darah sehingga si sakit hanya dapat diselamatkan jiwanya dengan pemindahan darah maka pengobatan dengan darah itu tidak saja boleh bahkan wajib hukumnya.
  • Darah hukumnya haram apabila diminum dan atau najis. Apabila dapat diambil manfaat yang halal menurut hukum syara’ tidak untuk dimakan/diminum, umpamanya untuk penambah darah orang yang menderita penyakit kurang darah (jadi obat) boleh dihibahkan (diberikan dengan cuma – cuma) atau diberikan dengan penggantian kerugian.
      Banyak ulama terdahulu yang berfatwa melarang pengobatan dengan darah dengan alasan darah itu najis sehingga haram dimasukkan ke dalam tubuh, ditambah hadits yang mengatakan bahwa Allah tidaklah meletakkan kesembuhan umatku dalam hal yang haram. Akan tetapi menimbang bahwa manfaat donor darah adalah suatu yang terbukti ditambah dokter yang menangani pasien yang membutuhkan tambahan darah tidaklah bersentuhan langsung dengan darah, para ulama generasi selanjutnya menganjurkan melakukan donor darah. Ulama membolehkan dengan alasan ‘darurat’ atau dengan alasan bahwa pengobatan dengan donor darah adalah cara pengobatan yang bermanfaat dengan sesuatu yang belum jelas keharamannya” [Al Fatawa Asy Syar’iyyah fi Al Masail Ath Thibbiyyah juz 2 hal 23].

Bahkan Komisi Fatwa MUI Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan fatwa tentang Hukum Donor Darah bagi Yang Sedang Berpuasa tanggal 24 Juli 2000. Fatwa tersebut menyebutkan bahwa donor yang dilakukan oleh pendonor darah yang berpuasa tidak membatalkan atau mengurangi kesempurnaan ibadah puasa, bahkan ditinjau dari segi keutamaan, pendonor darah yang sedang puasa melakukan donor darah adalah suatu amal shaleh yang pahalanya lebih besar dibanding dengan amal shaleh di luar bulan puasa. Namun apabila donor darah tersebut mengakibatkan bahaya (dharar) bagi pendonor, atau mengakibatkannya harus minum atau makan atau yang dapat membatalkan puasa baik sebelum atau sesudah donor darah, maka perbuatan itu tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Al Qur'an dan Hadist Nabi yang menekankan pentingnya Upaya Penyembuhan suatu Penyakit

·          Surat Al Maidah Ayat 2 : “ dan bertolong – tolonglah kamu dalam kebajikan dan ketaqwaan dan jangan bertolong – menolong dalam berbuat dosa dan bermusuhan “

·          Surat Al Baqoroh Ayat 195 : “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan”.

Hadist Nabi Muhammad SAW :

o    HR Ahmad, Ashabussunan, Al Hakim dan Ibnu Majjah :
“Berobatlah hai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak memberi kecuali Dia memberi obatnya selain satu penyakit yaitu penyakit tua”.
o    HR Muslim :
“Setiap penyakit ada obatnya dan apabila seseorang tertimpa penyakit dan mendapat obat maka dengan izin Allah akan sembuh”.

Balasan Allah Terhadap Kebaikan  Para  Pendonor  Darah

Pendonor sebagai pemberi pertolongan kepada orang lain dijanjikan kemuliaan dan kebaikan dari Allah berdasarkan hadist – hadist Nabi Muhammad SAW sbb :

·   HR Bukhari dari Ibnu Umar : ‘’Barang Siapa melepaskan seorang muslim dari suatu kesukaran maka Allah SWT akan melepaskan pula dari suatu kesukaran di hari kiamat.’’
·  HR Al Isbahany dari Ibnu Umar : ’’Manusia yang paling disukai oleh Allah SWT ialah manusia yng paling bermanfaat bagi manusia ‘’.
·   HR Abu Hurairah  : ‘’Sesungguhnya Allah akan menolong hambanya selama hamba itu menolong saudaranya ‘’.

B.       Sudut Pandang Agama Katolik

       Menurut Ajaran agama Katolik menjadi donor darah pada dasarnya diperbolehkan, mengizinkan dan menganjurkan agar umatnya melakukan donor darah.

Sebagamana yang diajarkan oleh ajaran Yesus Kristus, sebagai berikut :

·          ‘’Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri ‘’.

·          ‘’Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaramu yang paling hina,kamu telah melakukanya untuk Aku’’(Mt.25 .40)

·          ‘’Yang menabur sedikit akan menuai sedikit,yang menabur banyak akan menuai banyak’’(II Kor . 9.6)

       Mencermati ajaran Yesus tersebut di atas, jelaslah bahwa umat kristus dituntut untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Berdonor darah menyebabkan jiwa dan rohani menjadi sehat sehingga dapat berfungsi ganda , baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Donor darah menurut ajaran katolik sangat memupuk semangat persaudaraan dan solidaritas kepada mereka yang menderita sakit.

C.  Sudut Pandang Agama Kristen Protestan

       Al Kitab menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Di sepanjang sejarah manusia, Tuhan senantiasa memperhatikan kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan beberapa Ajaran Tuhan, sbb :

·     Tuhan berfirman kepada Kain  : ‘’Apakah yang telah kau perbuat ini ? Darah adikmu itu berteriak kepada  Ku dari tanah’’.

·    Yesus Kristus :’’Inilah darahku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang pengampunan dosa’’  (Mattius 26 : 28).

·   Dia bersabda  :’’Barangsiapa memberi yang lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan orang  perantauan, memberi pakaian kepada yang tiada berpakaian, mengunjungi yang sakit atau yang ada dalam  penjara, adalah wujud mengasihi Kristus’’.

·  Yesus Kristus bersabda : “Inilah perintahKu kepadamu : Kasihanilah seorang akan yang lain’’ (Yohanes 15 : 17).

·   Barang siapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku’’ (Yohanes 14 : 21)

D.      Sudut Pandang Agama Hindu

       Setiap orang mendapat kekuatan dari tiga sumber yaitu : harta, ilmu pengetahuan dan jasmani. Ketiga kekuatan ini harus digunakan dengan baik untuk menolong orang lain. Mendonor darah pada hekekatnya adalah memberi pertolongan pada orang yang membutuhkannya.  Beberapa ajaran sebagai beerikut :

§   Dalam manua Ckarma. Sastra IV.193 diingatkan dengan tegas bahwa : “Hartawan yang menimbun hartanya yang diperoleh dari masyarakat dinyatakan sebagai tindakan yang biadab”.

§  Dalam Bagwat Git VII.II diingatkan sbb : “Balaw Balawataw yang artinya, Aku adalah kekuatan yang perkasa. Oleh karena itu kita wajib mensyukurinya dengan menggunakan kekuatan kita ini untuk menolong yang lemah”.

§  Atmaivedam Sarwam (CH. UP. VII.XXII.2), dalam kesadaran Atma kita berkata : “Aku menolong diriku. Aku membenci diriku.Aku melukai diriku”.

§  Tat Twam Asi (CH. UP) : “Pengetahuan tentang diri kita sebagai Atma (rokh) mendatangkan kekuatan dalam melayani orang lain”.

        Warga Hindu tak perlu ragu – ragu untuk mendonorkan darahnya sebab semua kekuatan berasal dari Tuhan. Individu dan masyarakat ibarat ikan dengan air. Masyarakat itu akan terjadi kalau ada jalinan cinta kasih antar individu yang ditandai oleh saling memberi. Alangkah senangnya kita, seandainya menjadi donor darah yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain. Menurut filsafat Karma Yoga, bantuan yang dijiwai oleh karunia dan materi akan berpahala berlipat ganda.


E.       Sudut Pandang Agama Budha

       Sang Budha mengajarkan kepada kita bahwa manusia dalam hidupnya harus tolong– menolong serta memberi bantuan kepada yang lemah. Manusia diajak untuk sadar akan dirinya, sadar akan kewajibannya sebagai makhluk pribadi, sebagai anggota masyarakat, sebagai warga Negara, sabagai makhluk Tuhan untuk mewujudkan kasih suci sebagai Dharma. Dharma adalah kasunyatan. Hakikat kasunyatan adalah Dukkha, mendonorkan darah dibenarkan oleh Sang Budha, sepanjang darah yang didonorkan adalah darah yang sehat.

       Donor darah sesuai dengan ajaran Budha. Hal tersebut didasarkan atas ajaran sebagai berikut :

·    Menurut Sang Budhayang pantas dilakukan ialah : “Sabda papasa akaranang, kussalassa Upasampada,   Sacita Pariyodapanang, tang Budhana Sasanang” yang artinya Jangan berbuat kejahatan, perbanyaklah  perbuatan baik, sucikan hati dan pikiranmu.

·   Dalam Ayat Dhammapada Ayat 149 : 21, Sang Budha bersabda tentang kesadaran : “Appamado amatanni  padam. Pamado maccuno padam, Apanattaha niyanti, Yapasatta yatamatha”, yang artinya kesadaran adalah jalan menuju kehidupan, ketidaksadaran adalah jalan menuju kematian.

Jadi mendonorkan darah termasuk awal pencapaian pembebasan penderitaan manusia di dalam menerapkan sifat – sifat Boddhisatwa, untuk kesejahteraan manusia tanpa pandang bulu.